Jumat, 03 Februari 2012

pemanasan global

PENYEBAB PEMANASAN GLOBAL..
Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
[sunting] Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]
Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.[6] Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[8][9]
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.[14]
Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa
Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.
Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.[15]
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.
Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Model iklim global
Para ilmuwan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat.[16] Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca pada masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim.[17] Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim pada masa depan, dilakukan berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.[18][19][20]
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini.[21] Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi Matahari.

Sabtu, 28 Januari 2012

MY FRIEND




^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^
SAHABAT ADALAH TEMAN DISAAT SUKA DAN DUKA. YANG SELALU ADA SAAT KITA MEMBUTHKANNYA. TAK MEMBEDA-BEDAKAN DERAJAT, STATUS, EKONOMI,DAN FISIK.

ayo semangat kakak ! :D

KELUARKAN AKU DARI SINI ;((

BALIII.... 

ANTUSIAS PENONTON MEMADATI SMP N 1 SRAGEN

ME AND MY BEST FRIEND

AYOO.SERBUU !!!!
                                                                                                                                                                  
APA AN TUH ? LIHAT DONG.. 

MY SCHOOL

SEJARAH SMP NEGERI 1 SRAGEN
Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini tekad masyarakat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaaan yang didasarkan pada upaya melawan kebodohan semakin meningkat. Demikian pula dengan daerah Sragen. Masyarakat Sragen juga tidak mau ketinggalan untuk ikut mempertahankan Kemerdekaan dan ikut mencerdaskan bangsa Indonesia. Pada tahun 1946 setahun setelah Bangsa Indonesia dinyatakan merdeka, tepatnya pada tanggal 22 September 1946 Bapak Mangun Nagoro Bupati KDH Sragen meresmikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang diberi nama SMP Negeri 1 Sragen, berlokasi di Ex Europose Langer School yang sekarang ditempati SMP Negeri 2 Sragen.
Sebelum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan mengirimkan Kepala sekolah untuk SMP Negeri 1 Sragen, panitia pendiri SMP Negeri 1 Sragen menunjuk Bapak Sumarno Abdul Mufti sebagai YMT Kepala sekolah. Tidak begitu lama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Bapak Supoyo sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sragen yang pertama.
Awalnya SMP Negeri 1 Sragen hanya memiliki 4 lokal dan semua digunakan sebagai ruang kelas, sehingga Kantor Kepala Sekolah, Kantor Guru dan Kantor Sekolah menjadi satu di rumah penjaga sekolah.
Setahun setelah proses pembelajaran berlangsung di SMP Negeri 1 Sragen masalah mulai muncul karena " Penerimaan Siswa Baru ". Dengan hanya 4 lokal kelas tak mungkin akan bisa menerima siswa baru, saat itu pembangunan lokal baru belum memungkinkan. Namun  akhirnya permasalahan dapat terselesaikan yaitu tukar Lokasi dengan SR Perempuan Christelecke Shcool yang sekarang menjadi SMP Negeri 1 Sragen ini. Ini terjadi pada tahun 1947, pada masa itu pula terjadi pergantian Kepala Sekolah dari Bapak Supoyo diganti Bapak Soepadi.
Pada pertengahan tahun 1948 gedung SMP Negeri 1 Sragen ditunjuk sebagai Asrama bagi pasukan yang hijrah dari pasukan Siliwangi (Jawa Barat). Oleh karena itu sekolah di liburkan sampai ada keterngan lebih lanjut.  Sementara libur panjang, terjadi pergantian kepala sekolah dari Bapak Soepadi kepada Bapak Soemantri.
Karena berlangsung Perang kemerdekaan II SMP Negeri 1 Sragen menjadi buyar Guru dan Murid berada di luar kota menjadi Pejuang Kemerdekaan dengan cara bergerilya. Dalam situasi Perang Gerilya, Pejuang pendidikan tidak menjadi lumpuh. Penyelenggaraan pendidikan SMP tetap berjalan. Di Kecamatan  Sukodono pendidikan SMP di bawah asuhan Bapak Gitoseputro, Kecamatan Tanon dan Plupuh pendidikan SMP dibawah asuhan Bapak Soeradi Harjopranoto.
Setelah Perang Kemerdekaan berakhir, pada tahun 1949 pejuang pendidikan kembali memasuki kota. Namun sayang gedung SMP Negeri 1 Sragen sudah porak poranda, kemudian lokasi SMP Negeri 1 Sragen pindah kerumah Bapak Prof.Sunawar Sukowati.SH . Karena gedung SD Kristen yang tidak begitu rusak dan sudah dibenahi ala kadarnya, kemudian SMP Negeri 1 Sragen pindah ke SD Kristen. Tahun 1950 lokasi SMP Negeri 1 Sragen pindah dari SD Kristen ke gedung SMP Negeri 1 Sragen yang sekarang ini.
Dengan berjalannya waktu jabatan Kepala Sekolah juga berpindah dari satu orang ke orang berikutnya. SMP Negeri 1 Sragen memulai prestasinya sejak tahun 1956 bahkan dikatakan orang senagai SMP Favorit.
Seiring dengan berkembangnya zaman memasuki era glabalisasi SMP Negeri 1 Sragen sampai detik ini banyak sekali kemajuan baik kualitas maupun kuantitasnya. Ini terbukti lebih kurang 3 tahun terakhir SMP Negeri 1 Sragen kemajuan dibidang akademis banyak sekali memperoleh prestasi yang dibuktikan dengan banyaknya tropi, piala - piala kejuaraan maupun piagam.
Kemudian kepercayaan dari Pemerintah muncul dengan pemberian SK Nomor : 1147A/C3/SK/2004 tanggal 5 Juli 2004 SMP Negeri 1 Sragen ditunjuk sebagai Sekolah Standart Nasional ( SSN ). karena prestasinyapada tahun 2001/ 2002 SMP Negeri 1 Sragen ditunjuk oleh Kepala Daerah untuk membuka Kelas Unggulan dan pada tahun 2008/2009 SMP Negeri 1 Sragen kembali ditunjuk untuk membuka Kelas Akslerasi oleh Kepala Bidang Pendidikan.
Semoga dengan Visi dan Misi yang telah dicanangkan SMP Negeri 1 Sragen lebih maju seperti yang diharapkan.

Puisi

             MAWAR

 Jadilah kau bunga..

yang selalu ingin mekar..

selalu ingin memberikan keharuman dalam
suasana suka dan duka..

meskipun tumbuh di tengah belukar..
tetap cerah berwarna.

dimana saja kau ditaburkan..

Kamis, 19 Januari 2012

profil singkat ILHAM SM*SH

 










Nama lengap          : M. Ilham Fauzi
Tempat Tanggal Lahir Kendari, Sulawesi Tenggara 29 Agustus 1995
Sekolah              : SMA N 1 BANDUNG
Twitter              : @ilhamfauzie
Makanan Favorit      :  chicken katsu
Zodiac               : Virgo
info                 ILHAM saudara kandung
REZA.





                              ____ terimakasih sudah berkunjun___